Accumini.com – Ciri-Ciri Masyarakat Kota. Berbeda dengan masyarakat desa yang bersifat agraris, masyarakat kota lebih bersifat industrial. Ciri-ciri masyarakat kota mencerminkan bentuk masyarakat modern, yang dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Tidak Bersifat Agraris
Contents
- 0.1 a) Tidak Bersifat Agraris
- 0.2 b) Tempo Hidup Lebih Cepat
- 0.3 c) Bersifat Individualistis
- 0.4 d) Hubungan Bersifat Formal dan Ekonomis
- 0.5 e) Kehidupan yang Bersifat Sekuler
- 0.6 f) Pergeseran Fungsi Sosial Keluarga
- 0.7 g) Mudah Menerima Perubahan
- 0.8 h) Pusat Pemusatan Penduduk dan Keanekaragaman Sosial
- 0.9 i) Pusat Kehidupan Politik dan Sumber Gagasan Baru
- 1 Kesimpulan
Sebagian besar penduduk kota tidak menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Kota justru menjadi pusat berbagai aktivitas seperti perdagangan, pertukangan, industri, dan pemerintahan. Karena itu, kota merupakan tempat pemusatan penduduk dan pusat industri.
Perkembangan industri menciptakan pembagian kerja yang kompleks dan melahirkan pelapisan sosial yang nyata—terdapat kelas elite, kelas menengah, dan kelas bawah. Perbedaan status ini sangat memengaruhi pola hubungan dan interaksi sosial di kota.
b) Tempo Hidup Lebih Cepat
Kehidupan di kota bergerak cepat, disesuaikan dengan ritme mesin produksi dan kepadatan aktivitas. Aktivitas kerja tidak lagi tergantung pada alam, cuaca, siang atau malam. Prinsip “waktu adalah uang” menggantikan prinsip “biar lambat asal selamat”.
c) Bersifat Individualistis
Kehidupan masyarakat kota sangat menonjolkan sifat individualistis. Sikap “tidak mencampuri urusan orang lain” menjadi hal yang umum. Akibatnya, hubungan antarwarga menjadi kurang akrab, bahkan sering kali orang yang tinggal bersebelahan pun tidak saling mengenal. Yang penting bagi warga kota adalah tidak saling mengganggu.
d) Hubungan Bersifat Formal dan Ekonomis
Hubungan sosial di kota cenderung formal dan berorientasi pada perhitungan untung-rugi. Nilai kekeluargaan cenderung tergantikan oleh hubungan berdasarkan kepentingan pribadi dan kalkulasi ekonomi.
e) Kehidupan yang Bersifat Sekuler
Masyarakat kota cenderung memisahkan nilai-nilai keagamaan dari kehidupan sehari-hari. Agama menjadi urusan pribadi dan tidak menjadi hal yang dicampuri oleh orang lain, selama masih dalam koridor hukum. Sikap ini menyebabkan pengawasan sosial melemah, sehingga perilaku individu menjadi lebih bebas dibandingkan di desa.
f) Pergeseran Fungsi Sosial Keluarga
Tuntutan hidup di kota menyebabkan kedua orang tua sering kali bekerja. Akibatnya, fungsi keluarga—terutama dalam hal pengasuhan dan pendidikan anak—bergeser. Pendidikan anak lebih banyak diserahkan kepada lembaga formal atau pihak lain di luar keluarga. Kehidupan kota menyita banyak waktu orang tua, sehingga perhatian terhadap anak dan keluarga menjadi terbatas.
g) Mudah Menerima Perubahan
Masyarakat kota cenderung lebih terbuka terhadap pembaruan dan perubahan. Hal ini mempercepat laju kemajuan, namun juga berisiko menimbulkan krisis nilai. Perubahan yang terlalu cepat dapat memicu konflik antar generasi dan menciptakan berbagai masalah sosial seperti kenakalan remaja, kriminalitas, narkoba, hingga krisis identitas.
h) Pusat Pemusatan Penduduk dan Keanekaragaman Sosial
Kota menjadi magnet bagi penduduk dari berbagai daerah, suku, dan latar belakang budaya. Akibatnya, kota dihuni oleh masyarakat yang sangat majemuk. Perbedaan karakter, nilai, dan cara pandang antargolongan sering memicu konflik sosial, karena masing-masing membawa tradisi dan cara hidup yang berbeda.
i) Pusat Kehidupan Politik dan Sumber Gagasan Baru
Kota menjadi pusat kegiatan politik dan tempat lahirnya berbagai ide baru. Keputusan penting dalam bidang politik banyak diambil di kota karena sarana komunikasi dan interaksi sosial yang intensif. Kota juga menjadi pusat pembaruan pemikiran yang dapat memengaruhi desa dan wilayah lainnya.
Kesimpulan
Kota dan desa adalah dua bentuk masyarakat hukum yang memiliki ciri khas masing-masing. Kota mencerminkan kehidupan yang modern, cepat, kompleks, dan rasional. Sementara desa menampilkan kehidupan yang lebih tradisional, akrab, dan kolektif. Perbedaan tersebut mencerminkan dinamika sosial yang khas dari masing-masing lingkungan, baik dalam hal struktur sosial, nilai, maupun cara hidup.