Agribisnis Perbenihan
Beranda » Agribisnis » Petani dan Mentalitasnya

Petani dan Mentalitasnya

Accumini.com – Petani dan Mentalitasnya. Sebagian besar masyarakat Indonesia adalah petani. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika pola pikir yang paling asli di Indonesia banyak dipengaruhi oleh pola pikir petani. Sistem ekonomi masyarakat petani didasarkan pada pertanian (bercocok tanam, peternakan, atau perikanan) yang menghasilkan pangan dengan teknologi sederhana dan kesatuan produksi yang belum terspesialisasi.

Watak masyarakat petani yang hidup di pedesaan, menurut para ahli abad ke-19, dijiwai oleh semangat kerelaan atau wesenwille dalam pergaulan (Tönnies, 1887 dalam Sayogyo, 2002). Sedangkan menurut Boeke, masyarakat petani digambarkan sebagai tidak suka bekerja, bersifat statis, kurang inisiatif, dan cenderung mengikuti tokoh-tokoh berpangkat dari kota.

Namun, pandangan tersebut kini mulai ditinggalkan. Para ahli sosiologi masa kini menyadari bahwa struktur sosial dan sistem ekonomi masyarakat desa tidaklah seragam dan tidak dapat dipukul rata sesuai dengan tipe ideal tertentu.

Gambaran orang kota mengenai desa sebagai masyarakat yang tenang, damai, rukun, dan gotong royong, seringkali tidak sesuai dengan kenyataan. Dahulu, perbedaan antara masyarakat desa dan kota sangat mencolok. Namun kini, masyarakat pedesaan pun mengalami perubahan. Unsur-unsur kehidupan kota telah masuk ke desa, dan urbanisasi membawa serta mentalitas pedesaan ke kota.

Saat ini, perbedaan antara masyarakat desa dan kota menjadi semakin kabur, kecuali dalam beberapa aspek seperti jumlah penduduk, tingkat heterogenitas, dan teknologi yang digunakan.

Nilai Budaya dan Mentalitas Petani

Pertanyaan penting yang muncul adalah: Apa sebenarnya ciri nilai budaya dalam mentalitas petani Indonesia?

Cara berpikir dan mentalitas petani di Indonesia telah lama menjadi perhatian para ahli, terutama karena ingin memahami latar belakang pola pikir yang membentuk hukum adat Indonesia, yang berbeda dengan hukum Eropa. Banyak ahli sepakat bahwa pola pikir petani Indonesia memiliki unsur religiomagis—suatu pandangan yang mengaitkan kehidupan dengan hal-hal sakral dan magis.

Baca Juga  Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja Serta Lingkungan Hidup

Namun perlu dicatat, petani tidak selalu bersikap mistis atau irasional. Mereka juga dapat bertindak rasional dan menggunakan akal sehat. Yang membedakan adalah bahwa sistem nilai budaya memengaruhi sikap dan tindakan mereka. Maka untuk memahami perilaku petani, penting untuk menyelami nilai budaya yang melatarbelakanginya.

Sistem nilai budaya tentu berbeda-beda antar daerah di Indonesia. Nilai-nilai petani di Aceh berbeda dengan di Minangkabau, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua. Namun, berdasarkan pengalaman umum tentang kehidupan desa di Indonesia, dapat disusun gambaran umum tentang mentalitas petani Indonesia.

Ciri Umum Mentalitas Petani Indonesia:

  • Bekerja untuk hidup: Petani bekerja demi kebutuhan hidup sehari-hari, dan kadang-kadang untuk mencapai kedudukan sosial.

  • Berorientasi pada masa kini: Petani umumnya hanya memikirkan keadaan hari ini. Ia tidak terlalu peduli akan masa depan, karena kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan.

  • Mengenang masa lalu: Kadang-kadang petani merindukan masa lalu, yang digambarkan dalam dongeng sebagai masa kejayaan.

  • Alam bukan musuh: Alam tidak dianggap menakutkan. Jika terjadi bencana seperti gunung meletus atau banjir, mereka menganggapnya sebagai nasib buruk yang harus diterima.

  • Tidak takut hama: Hama dianggap sebagai hal yang bisa diatasi. Bila tidak, mereka percaya sistem gotong royong akan menjamin kelangsungan hidup mereka.

  • Hidup selaras dengan alam: Petani merasa aman selama bisa menyelaraskan diri dengan lingkungan sekitarnya.

  • Gotong royong sebagai nilai utama: Petani menyadari bahwa kehidupan mereka bergantung pada orang lain, sehingga hubungan baik dengan sesama adalah kunci kelangsungan hidup di desa.

Scroll to Top