Accumini.com – Mengenal OPT Utama Tanaman Alpukat: Jenis Hama, Gejala Serangan, dan Cara Pengendaliannya. Tanaman alpukat menjadi salah satu komoditas buah yang semakin diminati oleh petani dan konsumen di Indonesia. Namun, seperti tanaman buah lainnya, alpukat tidak lepas dari serangan berbagai Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Serangan OPT yang tidak terkendali dapat menyebabkan kerusakan serius, bahkan menurunkan hasil dan kualitas panen.
Berikut ini adalah beberapa jenis OPT utama yang sering menyerang tanaman alpukat di Indonesia, lengkap dengan gejala serangan dan metode pengendaliannya.
1. Ulat Kipat (Cricula trisfenestrata Helf)
Contents
- 0.1 1. Ulat Kipat (Cricula trisfenestrata Helf)
- 0.2 2. Ulat Kupu-Kupu Gajah (Attacus atlas L.)
- 0.3 3. Kutu Putih/Kutu Dompolan (Planococcus citri Risso)
- 0.4 4. Tungau Merah (Tetranychus cinnabarinus Boisd)
- 0.5 5. Lalat Buah (Bactrocera spp.)
- 0.6 6. Kutu Daun (Aphis gossypii Glov.)
- 0.7 7. Kelelawar (Cynopterus sp.)
- 1 Prinsip Umum Pengendalian Hama Tanaman Alpukat
- 2 Penutup
Gejala Serangan:
Ulat kipat biasanya menyerang bagian bawah daun muda tanaman alpukat. Jika serangan berlanjut, daun tua juga menjadi sasaran. Akibatnya, seluruh tajuk tanaman menjadi gundul dan hanya menyisakan tulang daun. Keberadaan kepompong ulat yang bergelantungan di tanaman menjadi tanda utama serangan hama ini.
Metode Pengendalian:
-
Pengendalian Mekanis: Mengumpulkan telur, ulat, dan pupa untuk dimusnahkan jika serangan masih ringan.
-
Pemanfaatan Musuh Alami: Seperti semut rangrang, parasitoid Apanteles papilionis, dan patogen serangga Beauveria bassiana.
-
Tanaman Refugia: Menanam tanaman refugia di sekitar kebun untuk meningkatkan populasi musuh alami.
-
Pengendalian Kimia: Menggunakan insektisida berbahan aktif monokrotofos, sipermetrin, fenvalerat, imidakloprid, klorpirifos, atau tentraniliprol sebagai langkah terakhir.
2. Ulat Kupu-Kupu Gajah (Attacus atlas L.)
Gejala Serangan:
Serangan awal biasanya terlihat di bagian bawah daun muda, kemudian meluas ke daun tua. Daun menjadi habis dan tajuk tanaman tampak gundul. Kepompong ulat ini sering ditemukan menggantung di antara daun.
Metode Pengendalian:
Langkah pengendalian sama seperti ulat kipat, meliputi:
-
Pengumpulan telur dan pupa
-
Pemanfaatan musuh alami
-
Menanam refugia
-
Penggunaan insektisida yang terdaftar sebagai langkah terakhir
3. Kutu Putih/Kutu Dompolan (Planococcus citri Risso)
Gejala Serangan:
Kutu putih hidup bergerombol (dompolan) pada daun, bunga, dan buah. Mereka mengisap cairan tanaman sehingga menghambat pertumbuhan. Selain itu, kutu putih mengeluarkan embun madu yang menjadi media tumbuh cendawan jelaga, menyebabkan permukaan tanaman menjadi hitam. Embun madu ini juga menarik koloni semut.
Metode Pengendalian:
-
Mengatur kerapatan tajuk agar sinar matahari masuk ke dalam kanopi tanaman.
-
Mencegah pergerakan semut yang sering memindahkan kutu putih dengan memasang perangkap semut pada batang.
-
Melakukan sanitasi serasah sebagai tempat bersarangnya semut.
-
Menyemprotkan minyak sereh wangi dengan konsentrasi 2 cc per liter air, 2 minggu setelah berbunga dan 1 bulan sebelum panen.
-
Penyemprotan larutan deterjen cair (1 cc per liter air).
-
Memanfaatkan musuh alami seperti Curinus coeruleus dan Beauveria bassiana.
-
Menanam refugia.
-
Penggunaan insektisida kimia menjadi langkah terakhir.
4. Tungau Merah (Tetranychus cinnabarinus Boisd)
Gejala Serangan:
Tungau merah menyerang tangkai, daun, dan buah muda alpukat. Gejala serangan terlihat pada bagian bawah daun yang berubah warna menjadi tembaga. Tepi daun akan mengeriting, kaku, dan melengkung ke bawah, menyebabkan daun berguguran. Serangan pada buah menyebabkan bercak-bercak kecil berwarna kuning yang kemudian berubah menjadi merah seperti karat.
Metode Pengendalian:
-
Sanitasi gulma di sekitar tanaman yang menjadi inang alternatif tungau merah.
-
Penyemprotan air bertekanan tinggi untuk menurunkan populasi tungau.
-
Pemanfaatan musuh alami seperti Feltilslla acarisuga dan parasitoid lainnya.
-
Menanam refugia.
-
Penggunaan insektisida berbahan aktif dikofol, piridaben, atau amitraz hanya sebagai langkah terakhir.
5. Lalat Buah (Bactrocera spp.)
Gejala Serangan:
Buah alpukat yang terserang lalat buah akan terlihat titik kecil bekas tusukan ovipositor (alat bertelur) pada kulitnya. Buah menjadi busuk dan gugur. Saat dibelah, terdapat larva atau belatung di dalamnya.
Metode Pengendalian:
-
Melakukan sanitasi kebun, mengumpulkan dan memusnahkan buah-buah busuk.
-
Mengolah tanah di bawah tajuk tanaman untuk mengangkat pupa lalat buah.
-
Melakukan pembungkusan atau pemberongsongan buah, terutama varietas yang berkulit tipis.
-
Memasang perangkap beraktraktan seperti Methyl Eugenol dengan kepadatan sekitar 20 perangkap per hektar, sejak buah pentil hingga panen.
-
Menanam tanaman refugia seperti selasih.
-
Pemanfaatan musuh alami seperti parasitoid Biosteres sp. dan Opius sp.
-
Penggunaan insektisida berbahan aktif triazofos sebagai alternatif terakhir.
6. Kutu Daun (Aphis gossypii Glov.)
Gejala Serangan:
Kutu daun menyerang tunas dan tangkai daun muda. Daun yang diserang menjadi berkerut, keriting, dan kerdil. Selain itu, terdapat embun madu yang dikeluarkan kutu daun, menarik kehadiran semut.
Metode Pengendalian:
-
Melakukan sanitasi kebun dengan membersihkan gulma.
-
Membuat mulsa jerami di area tajuk tanaman.
-
Melakukan pemangkasan bagian tanaman yang terserang.
-
Menggunakan perangkap likat hijau (green trap) pada saat tunas muda mulai muncul.
-
Mengendalikan secara manual dengan membunuh kutu daun saat ditemukan.
-
Memanfaatkan musuh alami seperti predator dari keluarga Syrphidae, Menochillus sp., Scymnus sp., Coccinellidae, Chrysopidae, Lycosidae, dan parasitoid Aphytis sp.
-
Sebagai alternatif terakhir, penggunaan insektisida selektif berbahan aktif asefat, dimetoat, abamektin, imidakloprid, atau karbaril.
7. Kelelawar (Cynopterus sp.)
Gejala Serangan:
Buah alpukat yang hampir matang sering menjadi target kelelawar. Bagian buah yang diserang biasanya terdapat lubang bekas gigitan, dan hanya daging buah yang dimakan.
Metode Pengendalian:
-
Menangkap kelelawar dengan menggunakan jala atau jaring yang dipasang di sekitar kebun.
-
Memasang kincir angin dengan peluit yang dapat menghasilkan suara, sehingga kelelawar enggan mendekat.
Prinsip Umum Pengendalian Hama Tanaman Alpukat
Menghadapi berbagai jenis OPT pada tanaman alpukat, prinsip utama pengendalian hama adalah menerapkan konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT). PHT mendorong penggunaan metode alami dan mekanis terlebih dahulu, sebelum beralih ke penggunaan bahan kimia.
Langkah-langkah utama PHT untuk alpukat:
-
Monitoring dan Deteksi Dini:
Petani perlu rutin memeriksa kondisi tanaman untuk mendeteksi serangan hama sedini mungkin. -
Sanitasi dan Kebersihan Kebun:
Lingkungan kebun yang bersih dapat mengurangi tempat berkembang biaknya hama. -
Pemanfaatan Musuh Alami:
Mengembangkan ekosistem alami dengan menanam tanaman refugia, menjaga populasi predator alami, serta memperhatikan keberadaan parasitoid dan patogen serangga. -
Penggunaan Insektisida Secara Bijak:
Penggunaan insektisida hanya dilakukan sebagai alternatif terakhir, dengan mengikuti dosis dan petunjuk resmi dari Kementerian Pertanian.
Penutup
OPT pada tanaman alpukat merupakan ancaman serius bagi produktivitas dan kualitas hasil panen. Dengan memahami jenis-jenis hama utama beserta gejala dan cara pengendaliannya, diharapkan petani dapat mengambil langkah cepat dan tepat dalam upaya perlindungan tanaman.
Pengendalian hama secara berkelanjutan, ramah lingkungan, dan sesuai dengan prinsip PHT akan memberikan dampak positif, baik bagi petani maupun ekosistem sekitarnya.