Perkembangan Produksi Alpukat di Thailand
Beranda » News » Perkembangan Produksi Alpukat di Thailand: Sejarah, Budidaya, dan Prospek Pasar

Perkembangan Produksi Alpukat di Thailand: Sejarah, Budidaya, dan Prospek Pasar

Accumini.com –Perkembangan Produksi Alpukat di Thailand. Produksi alpukat di Thailand menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa dekade terakhir. Buah yang berasal dari Amerika Selatan ini kini menjadi salah satu komoditas hortikultura yang mulai diminati oleh petani dan pasar domestik di Negeri Gajah Putih.

Sejarah Masuknya Alpukat ke Thailand

Alpukat atau Persea americana Miller pertama kali diperkenalkan di Thailand sekitar 90 tahun lalu oleh para misionaris. Daerah pertama penanaman alpukat adalah provinsi Nan di Thailand utara. Beberapa tanaman dari perkenalan awal ini masih bisa ditemukan hingga kini.

Pada tahun 1965, Departemen Hortikultura Universitas Kasetsart mulai memperkenalkan beberapa kultivar alpukat seperti Kanoe, Ruehle, Kampong, dan Monk di Stasiun Penelitian Pak Chong, Provinsi Nakhon Ratchasima. Upaya ini dilanjutkan pada tahun 1975 dengan kedatangan 11 kultivar baru dari Florida, Amerika Serikat, termasuk Buccanaer, Booth 7, Booth 8, Catalina, dan Hall.

Pada tahun 1993, kultivar Hass, Bacon, dan Reed dari California juga diperkenalkan untuk memperkaya keragaman varietas alpukat di Thailand. Tujuan utama dari introduksi ini adalah untuk mengevaluasi kesesuaian varietas dengan kondisi agroklimat Thailand.

Status Budidaya Alpukat di Thailand Saat Ini

Produksi dan luas areal tanam alpukat di Thailand terus mengalami peningkatan. Pohon alpukat kini dapat ditemukan di provinsi Nakhon Ratchasima, Chaiyaphum, Nan, Tak, Chiang Mai, Chiang Rai, Rayong, Chanthaburi, dan Songkhla.

Data tahun 1998 menunjukkan bahwa total luas produksi alpukat di Thailand mencapai 260 hektar. Wilayah utara menjadi pusat utama budidaya dengan luas sekitar 200 hektar, menghasilkan produksi sekitar 200 ton per tahun.

Sayangnya, keterbatasan bahan tanam berkualitas menyebabkan banyak petani di wilayah Royal Project Foundation masih menanam alpukat dari bibit. Hasilnya, kualitas buah sering kali rendah. Oleh sebab itu, Universitas Kasetsart mendorong penggunaan teknik cangkok dengan varietas unggul seperti Buccanaer, Hass, Peterson, dan Booth 7.

Produksi Bahan Tanam Alpukat

Stasiun Penelitian Pak Chong dan Royal Project Foundation menjadi dua lembaga utama dalam produksi bibit alpukat cangkok dan okulasi. Lebih dari 4.000 tanaman bibit dihasilkan tiap tahun untuk memenuhi kebutuhan petani.

Proses pembibitan dilakukan di persemaian dengan naungan 50 persen. Benih direndam dalam fungisida, kemudian ditanam dalam kantong PVC sebelum dilakukan pencangkokan atau penempelan.

Teknik sambung kulit kayu dan sisi-veneer juga digunakan, tergantung pada usia dan karakteristik batang bawah. Batang bawah Guatemala dan India Barat menjadi pilihan utama dalam pembibitan di Thailand.

Pembentukan Kebun Alpukat: Dari Persiapan Lahan hingga Penanaman

Sebelum penanaman, lahan dibajak dan lubang tanam berukuran 60 x 60 x 60 cm disiapkan. Campuran tanah, pupuk kandang, dan bahan organik menjadi media tanam standar. Penanaman umumnya dilakukan pada awal musim hujan, sekitar Mei hingga Juni.

Jarak tanam bervariasi tergantung varietas, mulai dari 8 x 6 meter hingga 10 x 10 meter. Langkah penting lainnya adalah pemasangan tiang penyangga, pengendalian hama awal, dan aplikasi fungisida untuk mencegah serangan penyakit.

Perawatan dan Pengelolaan Kebun Alpukat

Pelatihan dan Pemangkasan

Sistem leader yang dimodifikasi atau open center digunakan untuk membentuk tajuk pohon. Pemangkasan rutin dilakukan setelah panen untuk menghilangkan cabang mati, tunas air, dan cabang yang tidak terkena sinar matahari.

Baca Juga  7 Tips Memasak Bayam Agar Tetap Lezat dan Sehat

Pemupukan

Dosis pupuk disesuaikan dengan umur tanaman. Kombinasi pupuk nitrogen tinggi (46-0-0) dan pupuk majemuk (15-15-15) diberikan secara berkala mulai dua bulan setelah tanam.

Penyiangan dan Mulsa

Pengendalian gulma dilakukan dengan pemotongan manual atau aplikasi herbisida sistemik. Bahan organik seperti jerami dan sekam padi digunakan sebagai mulsa untuk menjaga kelembaban tanah dan menekan pertumbuhan gulma.

Irigasi dan Pengendalian Penyakit

Irigasi tambahan diperlukan selama musim kemarau. Penyakit busuk akar yang disebabkan oleh Phytophthora cinnamomi menjadi tantangan serius. Penggunaan batang bawah tahan penyakit seperti Duke-7 dan perlakuan fungisida menjadi strategi utama pengendalian.

Hama Serangga

Hama seperti rayap, ulat pemakan daun, dan thrips kadang menimbulkan kerusakan. Namun, serangan biasanya tidak menyebabkan kerugian ekonomi signifikan. Jika perlu, insektisida seperti Sevin digunakan.

Panen dan Produktivitas Alpukat Thailand

Masa panen alpukat di Thailand berlangsung dari Juli hingga Desember. Variasi iklim di tiap wilayah membuat waktu panen antar varietas bisa bergeser hingga tiga minggu.

Indeks kematangan alpukat diukur dari perubahan warna kulit, umur buah, kadar lemak, hingga tingkat bahan kering. Kultivar Buccanaer dan Booth 7 menjadi varietas rekomendasi utama dengan hasil dan kualitas terbaik.

Data dari Stasiun Penelitian Pak Chong menunjukkan bahwa hasil per pohon bervariasi, mulai dari 40 hingga 180 kilogram tergantung usia pohon dan kultivar.

Pemasaran dan Permintaan Pasar Domestik

Saat ini, seluruh produksi alpukat Thailand masih diserap pasar lokal. Konsumsi masyarakat terhadap alpukat terus meningkat seiring kesadaran akan manfaat nutrisinya. Royal Project Foundation berperan dalam membantu petani memasarkan hasil panen ke supermarket dan hotel di Bangkok dan Chiang Mai.

Namun, potensi ekspor ke negara-negara Asia seperti Jepang, Hong Kong, dan Singapura mulai dilirik. Thailand menghadapi tantangan dalam mengedukasi konsumen lokal tentang cara mengonsumsi alpukat segar.

Prospek Masa Depan Produksi Alpukat di Thailand

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kawasan utara dan timur laut Thailand sangat cocok untuk budidaya alpukat. Royal Project Foundation dan Departemen Penyuluhan Pertanian aktif mendorong perluasan areal tanam.

Dalam rencana lima tahun ke depan, target luas tanam mencapai 500 hektar dengan estimasi produksi 2.500 ton. Untuk mendukung perkembangan ini, pembentukan komunitas petani alpukat sangat diperlukan.

Komunitas ini diharapkan mendapat dukungan penuh dari Kementerian Pertanian dan lembaga pendidikan tinggi guna memperkuat teknologi budidaya dan sistem pemasaran. Strategi ini mencakup peningkatan daya tawar, riset pasar ekspor, serta peningkatan mutu produksi.

Fokus Penelitian Masa Depan

Berikut adalah beberapa fokus penelitian yang saat ini menjadi prioritas di Thailand:

  • Pemilihan kultivar unggul dengan produktivitas dan kualitas buah lebih baik.

  • Pengembangan batang bawah kerdil untuk menciptakan pohon kompak.

  • Pengembangan batang bawah tahan Phytophthora.

  • Penelitian pasca panen untuk meningkatkan umur simpan buah.

  • Kajian kelayakan ekspor alpukat ke pasar Asia.

Upaya Pengembangan Produksi ke Depan

Royal Project Foundation telah merencanakan beberapa langkah konkret, seperti:

  • Perbanyakan kultivar komersial pada pohon-pohon bibit yang sudah ada.

  • Pelatihan singkat untuk petani dan staf penyuluhan mengenai teknik produksi alpukat modern.

Kesimpulan

Meskipun alpukat telah dibudidayakan di Thailand selama hampir satu abad, pengembangannya masih jauh di bawah buah tropis lainnya. Faktor utama adalah rendahnya pemahaman pasar dan keterbatasan varietas komersial yang sesuai.

Kini, dengan semakin dikenalnya manfaat gizi alpukat dan dukungan dari berbagai lembaga, masa depan industri alpukat di Thailand tampak lebih cerah. Dalam beberapa tahun mendatang, Thailand diharapkan dapat meningkatkan produksi, memperluas pasar lokal, dan merambah pasar ekspor Asia.

Scroll to Top