Accumini.com – Waspadai Penyakit Utama Tanaman Alpukat. Tanaman alpukat semakin populer di kalangan petani Indonesia karena memiliki prospek agribisnis yang menjanjikan. Namun, ancaman penyakit tanaman menjadi tantangan utama dalam budidaya alpukat. Penyakit-penyakit ini dapat menyerang berbagai bagian tanaman seperti daun, batang, akar, dan buah. Jika tidak ditangani dengan tepat, serangan penyakit dapat menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas hasil panen.
Berikut ini adalah beberapa penyakit utama pada tanaman alpukat beserta gejala dan cara pengendaliannya.
1. Antraknosa (Colletotrichum gloeosporioides)
Contents
- 1 1. Antraknosa (Colletotrichum gloeosporioides)
- 2 2. Kanker Batang dan Busuk Akar (Phytophthora palmivora)
- 3 3. Busuk Buah (Botryodiplodia theobromae)
- 4 4. Bercak Daun atau Bercak Coklat (Cercospora purpurea CKE)
- 5 5. Kudis Buah (Sphaceloma persea Jenkins)
- 6 Penyakit Fisiologis Tanaman Alpukat
- 7 Strategi Umum Pengendalian Penyakit Alpukat
- 8 Penutup
Gejala Serangan:
Penyakit antraknosa sering menyerang daun, ranting, dan buah alpukat. Gejala awal ditandai dengan munculnya bercak nekrotik berwarna cokelat hingga hitam pada ranting. Bercak ini kemudian meluas ke arah pangkal ranting dan menyebabkan mati pucuk atau dikenal dengan istilah die back.
Pada buah, gejala antraknosa ditandai dengan bercak berwarna cokelat kemerahan yang lama kelamaan menjadi cekung. Jika tidak segera diatasi, infeksi ini bisa menyebabkan buah membusuk sebelum matang.
Pengendalian:
-
Melakukan sanitasi kebun, termasuk memotong ranting yang terinfeksi dan mengumpulkan buah-buah busuk untuk kemudian dimusnahkan.
-
Menanam refugia di sekitar lahan untuk meningkatkan populasi musuh alami patogen.
-
Melakukan penyemprotan dengan fungisida yang efektif dan telah terdaftar serta diizinkan oleh Kementerian Pertanian. Pengendalian kimia hanya dilakukan sebagai langkah terakhir.
2. Kanker Batang dan Busuk Akar (Phytophthora palmivora)
Gejala Serangan:
Penyakit ini menyerang bagian pangkal batang dan akar. Gejala awal terlihat pada akar yang membusuk. Selain itu, pada kulit pangkal batang sering muncul gejala gummosis atau keluarnya cairan seperti lendir kental (blendok).
Jika kulit batang dikupas, terlihat garis-garis cokelat kehitaman di sepanjang jaringan korteks. Gejala lain termasuk daun yang menguning, tanaman layu seperti kekurangan air, dan pada serangan berat tanaman bisa mati.
Serangan pada tanaman muda biasanya terjadi di bagian sambungan antara batang atas dan batang bawah. Gejala ini sangat mirip dengan kanker batang pada tanaman durian.
Pengendalian:
-
Memberikan pupuk organik sebanyak 20 kg per batang untuk meningkatkan daya tahan tanaman.
-
Menaburkan Trichoderma sebanyak 250 gram di sekitar batang untuk menekan pertumbuhan patogen penyebab penyakit.
-
Melakukan pemangkasan tunas air untuk mengurangi kelembaban.
-
Mengatur jarak tanam dan sistem drainase agar air tidak menggenang di sekitar pangkal batang.
-
Melakukan eradikasi dengan membongkar dan memusnahkan tanaman yang sakit, terutama pada bibit.
-
Menghindari pelukaan pada batang dan akar saat proses pemeliharaan tanaman.
-
Sebagai langkah terakhir, lakukan penyemprotan dengan fungisida efektif seperti maneb, benomyl, atau bubur bordo yang sudah terdaftar di Kementerian Pertanian.
3. Busuk Buah (Botryodiplodia theobromae)
Gejala Serangan:
Busuk buah sering menyerang bagian ujung tangkai buah. Gejala awal berupa bercak cokelat hingga hitam yang tidak beraturan di ujung tangkai, kemudian bercak tersebut menjalar hingga ke seluruh permukaan buah.
Pada kulit buah, akan tampak benjolan-benjolan kecil yang akhirnya menyebabkan buah busuk. Buah yang terinfeksi biasanya gugur sebelum masa panen.
Pengendalian:
-
Mengumpulkan dan memusnahkan buah-buah busuk agar tidak menjadi sumber infeksi baru.
-
Jika diperlukan, penggunaan insektisida selektif dan efektif bisa menjadi opsi terakhir sesuai dengan rekomendasi tenaga ahli pertanian.
4. Bercak Daun atau Bercak Coklat (Cercospora purpurea CKE)
Gejala Serangan:
Penyakit ini menyerang permukaan daun dan buah. Gejala awal berupa bercak cokelat muda dengan tepi berwarna cokelat tua. Saat cuaca lembap, bercak cokelat ini akan berubah menjadi bintik-bintik kelabu.
Jika infeksi terus dibiarkan, bercak akan berkembang menjadi lubang yang dapat menjadi jalan masuk bagi organisme patogen lain.
Pengendalian:
-
Melakukan sanitasi kebun dengan cara memotong dan membakar daun serta ranting yang terinfeksi.
-
Bila diperlukan, sebagai langkah terakhir, gunakan fungisida berbahan aktif benomyl sesuai dosis anjuran.
5. Kudis Buah (Sphaceloma persea Jenkins)
Gejala Serangan:
Kudis buah ditandai dengan munculnya kumpulan bintik-bintik cokelat di permukaan kulit buah. Bentuknya bisa memanjang atau melingkar dengan pola tidak simetris.
Infeksi ini menyebabkan tekstur kulit buah menjadi keropok atau gabus, sehingga kualitas buah menurun drastis. Jika dibiarkan, bagian yang rusak akan menjadi pintu masuk bakteri lain seperti penyebab antraknosa.
Pengendalian:
-
Melakukan sanitasi kebun secara rutin.
-
Menggunakan metode pengasapan atau pemasangan likat kuning (yellow trap) sebelum bunga mekar hingga fase pembentukan buah.
-
Bila infeksi sudah parah, gunakan fungisida selektif berbahan aktif tembaga, azoxystrobin, atau benomyl.
Penyakit Fisiologis Tanaman Alpukat
Selain serangan penyakit akibat patogen, tanaman alpukat juga rentan terhadap berbagai penyakit fisiologis yang disebabkan oleh faktor lingkungan, kekurangan nutrisi, atau kerusakan mekanis.
Beberapa gangguan fisiologis yang umum terjadi antara lain:
-
Defisiensi Unsur Hara:
Kekurangan unsur hara penting seperti nitrogen, fosfor, kalium, dan magnesium dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi terhambat, daun menguning, dan penurunan hasil produksi. -
Kerusakan Mekanis:
Luka fisik akibat alat pertanian, gigitan hewan, atau gesekan akibat angin kencang bisa menjadi pintu masuk bagi patogen. -
Gangguan Lingkungan:
Kondisi lingkungan seperti kelebihan air (genangan), kekeringan ekstrem, atau perubahan suhu yang drastis juga dapat melemahkan sistem pertahanan tanaman.
Strategi Umum Pengendalian Penyakit Alpukat
Agar budidaya alpukat bisa berjalan optimal, petani perlu menerapkan strategi pengendalian penyakit yang terpadu, antara lain:
-
Sanitasi dan kebersihan kebun menjadi kunci utama untuk mencegah perkembangan patogen.
-
Pengelolaan kelembaban dengan memperhatikan jarak tanam dan sistem drainase.
-
Penggunaan bahan organik dan mikroba antagonis seperti Trichoderma untuk memperkuat daya tahan tanaman.
-
Monitoring berkala untuk mendeteksi gejala awal dan melakukan tindakan cepat sebelum infeksi meluas.
-
Rotasi tanaman untuk memutus siklus hidup patogen tertentu.
-
Penggunaan pestisida dan fungisida hanya sebagai alternatif terakhir dan sesuai dengan rekomendasi serta dosis aman.
Penutup
Penyakit pada tanaman alpukat memang menjadi tantangan besar bagi para petani. Namun dengan pengetahuan yang cukup dan penerapan metode pengendalian yang tepat, serangan penyakit ini dapat diminimalkan.
Mengelola kebun alpukat dengan pendekatan terpadu antara sanitasi, pengaturan lingkungan, pemupukan organik, dan penggunaan fungisida selektif adalah langkah terbaik untuk menjaga kesehatan tanaman.
Investasi dalam monitoring rutin dan edukasi petani juga sangat penting agar produksi alpukat tetap tinggi dan kualitas buah tetap terjaga.
Dengan pengendalian yang tepat, alpukat Indonesia dapat terus bersaing di pasar domestik maupun ekspor.